Jika diingat kembali, 4 hari yang kami habiskan disana terasa sangat singkat. Namun, mempertimbangkan kondisi cuaca yang super hot seperti ingin bersaing dengan kota yang disinggung-singgung sebagai metropolitan kedua setelah Jakarta, yakni Surabaya, menghabiskan sehari saja di Banyuwangi itu terasa menyiksa.
Setelah berpuas diri bermain di pantai seharian, kami tergeletak luntang-lantung di rumah. Tidak ada rencana khusus hari itu selain mencuci baju dan menunggu sore hari untuk segera meluncur ke rumah teman kami, Alfian. Disana kami juga tak banyak melakukan aktivitas yang berarti, hanya sekedar ngobrol dan bercanda. Tadinya kami berencana untuk membuat rujak party, tetapi setelah berkelana sesaat di kebun milik keluarga Alfian tidak ditemukan buah mangga yang berbuah lebat. Akhirnya beberapa dari kami memutuskan untuk pergi ke Alas Purwo yang notabene dekat dengan rumah Alfian.
Alas purwo kabarnya adalah suaka marga satwa, terutama jenis banteng yang memiliki 3 pantai indah didalamnya, termasuk ketika memasuki senja dan menikmati bias sunset disana. Salah satu yang terkenal adalah G-Land atau plekung. Sore hari tersebut, kami hanya mengunjungi alas purwo di pintu masuknya saja, disebabkan karena waktu yang tidak memungkinkan untuk terus memasuki area wisata Alas Purwo. Saat itu yang ikut pergi, hanyalah para perempuan-perempuan yang ingin sekedar berfoto-foto disana. Sedangkan para lelaki memilih tinggal sambil asyik bermain PS di rumah Alfian.
Selain keberadaan PS, ada satu makhluk unyu di rumah Alfian, yang mengalihkan duniaku dibanding yang lainnya, yakni Bruno. Bruno bukan penyanyi keren pelantun locked out of heaven itu ya, tapi Bruno yang ini lebih unyu dan imut.. and tarraa, say hello to Bruno!
Menurut si empunya, Bruno ini adalah kucing kesayangan yang paling peka sama hal-hal berbau gaib. Ia akan serta merta menoleh ketika merasakan kehadiran makhluk beda dunia tersebut, makanya kucing ini selalu diajak kemana-mana, terutama ke Malang tempat Alfian mengejar ilmu untuk menemani dan melindunginya.
Setelah berpuas diri bermain di pantai seharian, kami tergeletak luntang-lantung di rumah. Tidak ada rencana khusus hari itu selain mencuci baju dan menunggu sore hari untuk segera meluncur ke rumah teman kami, Alfian. Disana kami juga tak banyak melakukan aktivitas yang berarti, hanya sekedar ngobrol dan bercanda. Tadinya kami berencana untuk membuat rujak party, tetapi setelah berkelana sesaat di kebun milik keluarga Alfian tidak ditemukan buah mangga yang berbuah lebat. Akhirnya beberapa dari kami memutuskan untuk pergi ke Alas Purwo yang notabene dekat dengan rumah Alfian.
Alas purwo kabarnya adalah suaka marga satwa, terutama jenis banteng yang memiliki 3 pantai indah didalamnya, termasuk ketika memasuki senja dan menikmati bias sunset disana. Salah satu yang terkenal adalah G-Land atau plekung. Sore hari tersebut, kami hanya mengunjungi alas purwo di pintu masuknya saja, disebabkan karena waktu yang tidak memungkinkan untuk terus memasuki area wisata Alas Purwo. Saat itu yang ikut pergi, hanyalah para perempuan-perempuan yang ingin sekedar berfoto-foto disana. Sedangkan para lelaki memilih tinggal sambil asyik bermain PS di rumah Alfian.
Dekat Pintu Masuk Alas Purwo |
yang lagi main PS |
Bruno, kucing kesayangan Alfian |
***
Pada hari berikutnya, kami sibuk mengepak barang-barang untuk ke kawah ijen. Hari itu, sudah kami canangkan untuk mendakinya di malam hari demi melihat blue fire yang menurut informasi banyak orang, hanya ada 2 di dunia ini, yakni Islandia dan Banyuwangi. Ada banyak hal yang diperlukan untuk dibawa, seperti cokelat, madu rasa, air, oksigen dan beberapa lainnya.
Saat itu jam menunjukkan pukul 5 sore, ketika travel telah menjemput kami untuk segera meluncur menuju TKP. Malam itu perjalanan cukup panjang dan ramai, hingga kami menginjakkan kaki di parkiran Ijen sekitar pukul 8 malam. Perjalanan menuju parkir Ijen pun cukup mengesankan karena kami sempat terpaksa harus turun dari mobil dan mendaki jalanan yang cukup curam kemiringannya, karena ketidakmampuan mobil untuk menjajah jalanan tersebut.
Karena cukup melelahkan dan kedinginan, kami segera mencari warung terdekat untuk sekedar membeli kopi dan teh hangat, serta makan mie dan soto. Saat itu, cuaca cukup memburuk karena hujan turun membasahi kawasan parkiran Ijen. Menurut informasi dari pengelola kawah ijen, para pendaki dilarang untuk naik akibat cuaca yang memburuk hingga jam-jam tertentu. Dikatakan apabila hujan telah reda pada pukul 12, pendaki diperbolehkan untuk naik.
Kami akhirnya memutuskan untuk meninggalkan blue fire jika hujan tidak reda hingga pukul 11, dan pergi ke atas hanya untuk menikmati sunrise. Sambil menunggu hujan reda, kami berkumpul di dalam mobil, saling bercerita dan berkisah mengenai hidup. Kisah bahagia, sedih dan bermakna. Ditengah-tengah perbincangan, sebuah suara letusan mengejutkan ke-hiruk-pikuk-an area parkir Ijen, hingga kami terpaksa beranjak turun dari mobil kami. Turun dari mobil, kami semua ternganga lebar memandangi lingkungan sekitar area parkir tersebut! Hm.. ada apa ya?
kunjungi blog ini, untuk trilogi akhir Trip to Banyuwangi ya!
@fatimahghaniem
15 January 2014
No comments:
Post a Comment