Thursday, February 13, 2014

Balada Cinta Monyet Anak SMA

Aku adalah siswa SMA yang pemalu dan tidak percaya diri, namaku Melati. Aku pernah mencoba mendaftar menjadi salah seorang pengurus OSIS untuk mengubah sifatku, tapi aku gagal masuk seleksi. Aku pun berusaha giat belajar, sehingga guru bisa menyadari keberadaanku melalui nilai-nilaiku yang cukup tinggi. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil rupanya, aku bahkan tidak masuk 10 besar terbaik dikelas. Menyedihkan sekali masa SMA yang kukira akan menjadi masa-masa indah seperti yang biasa aku tonton di telivisi. 

Memasuki kelas 2, aku bangga bisa masuk IPA. Aku juga merasa sangat bahagia bisa berteman dengan Nayla, teman sebangkuku yang pendiam dan pintar. Bagiku, dia adalah penemuan emasku. Aku pun tak lagi sibuk mengutuk hari-hari selama aku berada di sekolah. Aku dan Nayla sering bertukar cerita tentang banyak hal, dan kami menemukan banyak kecocokkan. Saat aku bercerita ingin masuk OSIS, Nayla mendukungku. Aku pun bersemangat untuk kembali mengikuti seleksi sebagai pengurus OSIS, dan gotcha! Aku berhasil masuk menjadi salah satu staff seni dan olahraga. Selain mengikuti OSIS, aku bersama Nayla mulai tergabung sebagai tim redaksi majalah sekolah. 

Aku dan Nayla menjadi tenar setelah sukses menjuarai lomba membuat mini-newspaper yang diadakan oleh koran lokal pada pertengahan semester ganjil. Semenjak itu, teman-teman mulai menyapa dan mengajak ngobrol kami, seperti baru menyadari bahwa kami ada diantara mereka. 

Bulan maret adalah bulan tersibukku sebagai pengurus OSIS, dimana merupakan bulan peringatan ulang tahun sekolah. Kami mengadakan acara yang meriah sekali, dimulai dari lomba-lomba antar sekolah, festival tari, bazaar dan pentas seni sebagai puncak acara. Berkat acara yang menyita banyak waktuku tersebut, aku menjadi dekat dengan Farhan, anak kelas 2IPS yang merupakan partner kerja OSIS. Kami sering mengobrol membahas banyak hal dari mulai kegiatan OSIS, masa depan, hobby hingga hal tidak penting yang mana berawal dari makan di kantin hingga berlanjut melalui SMS serta chat facebook. Aku sangat terkejut mendengar respon Nayla ketika akhirnya aku menceritakan tentang Farhan, "kau suka ya dengan Farhan?"

Berhari-hari aku terngiang-ngiang ucapan Nayla diantara obrolan-obrolanku dengan Farhan. Aku meragukan perasaanku sendiri, tetapi kenapa aku merasa gelisah sehari saja tak bertemu dengannya? kenapa perutku terasa jungkir-balik setiap kali bertemu dengannya? Apa benar yang dikatakan Nayla bahwa aku menyukai Farhan? Aku takut merusak pertemananku dengan Farhan dengan adanya perasaan ini, jika itu benar. Aku terlanjur merasa nyaman untuk bersahabat dan dekat dengannya. Aku harus bagaimana?

Kedekatanku dengan Farhan akhirnya diketahui teman-teman sekelas kami. Mereka mulai melakukan misi meledek berkelanjutan yang membuatku kesal dan muak, tetapi Farhan menanggapinya dengan santai. Akhirnya, aku pun ikutan tidak peduli. 

Menjelang kenaikan kelas 3, aku berjanji bertemu Farhan di kantin untuk membahas program kerja terdekat kami di OSIS. Saat itu guru matematika di kelas menyita hampir 10 menit dari waktu istirahat kami. Aku sudah mengomel tidak karuan kepada Nayla, dan buru-buru berlari ke kantin seusai beliau meninggalkan kelas. Aku menemukan Farhan tengah mengobrol dengan 2 teman kelasnya, Dita dan Ryan. Sehingga, aku memutuskan untuk mengambil jalan memutar menuju konter makan terlebih dahulu, dimana letaknya cukup dekat dengan meja mereka. Sambil menunggu pesenan siap, aku tak sengaja mencuri dengar pembicaraan Farhan. 

"Ah, memang dasarnya cewek itu mudah sekali GR! Denger ya dit, cowo itu bukan ga mau pacaran, tapi lebih enak juga ga pacaran. Biar kita bisa deketin cewe sesuka kita tanpa ada yang marah ga jelas." 

Dita mendengus, "maksud lo apa dengan mendekati semua cewe sesuka lo?"

Ryan yang menyahut, "jadi maksud Farhan, ya biar kita bebas tepe-tepe sambil milih-milih. Kalo misalnya cewenya ke-GR-an, itu salah mereka sendiri!"

"Ih, parah banget lo berdua! Berasa laku banget yaa? gue sumpahin ga bakal deket jodoh kalian!" amuk Dita sambil menggetok sendok ke kepala dua temannya itu. 

Aku tertawa sendiri didalam hati, kenapa perkataan Farhan barusan bikin mataku panas ya? Akhirnya kubatalkan pesanan di konter dan membeli roti isi, kemudian kembali ke kelas tanpa sepengetahuan Farhan dan teman-temannya. Aku mengirim pesan SMS untuk menunda meeting kami karena mendadak ada tugas di kelas. Aku termenung didalam kelas, bertanya-tanya kenapa ucapan Farhan bisa membuatku merasa hampa dan kepikiran terus-menerus. Apa mungkin aku adalah salah satu korban tepe-tepenya yang ke-GR-an? 

Aku berusaha menepis semua spekulasi mengenai Farhan setiap bertemu dengannya, tetapi aku menyadari tingkah lakuku terhadapnya tidak senormal dulu. Tersenyum lepas dengannya, bertatap muka dengannya, mengobrol dengannya tak lagi semudah dulu. Kadang aku akan merasa bodoh setiap kali mengingat ucapannya itu, apakah aku terlalu ke-GR-an? 

Aku tak menceritakan hal ini pada Nayla, karena aku malu. Aku malu merasa sakit dan bodoh akan suatu hal yang abstrak seperti ini. Ah, rupanya pelatihan di OSIS belum cukup untuk menghapuskan sifat pemaluku ini. 

Aku pun membuat keputusanku sendiri untuk kembali fokus terhadap kehidupanku, belajar dan menjalani kegiatan-kegiatanku sambil mencoba terus bersikap biasa kepada Farhan hingga entah kapan perasaan yang menyiksa itu hilang, hanya rasa itu saja. Karena bagaimanapun juga, memiliki Nayla dan Farhan adalah masa terindah sepanjang masa SMAku, jadi aku tak ingin benar-benar melupakan mereka. Paling tidak aku belajar satu hal, bahwa aku belum siap untuk merasakan sakit dan sedihnya reaksi oxytocin bernama cinta itu. 

Mungkin, jika nanti aku sudah siap akan hal tersebut, saat itulah aku yakin telah menemukan orang yang benar-benar aku sayangi dimana aku rela dan siap untuk merasakan sakit bersamanya termasuk keyakinan bahwa ia tak akan mudah menyakiti perasaanku..

celebrating love-day
fatimahghaniem
13 February 2014

Wednesday, February 5, 2014

Gorgeous Loaded Wagons at Bangil

"Naik kereta api tut-tut-tut, siapa hendak turut.. ke Bandung, Surabaya. Bolehlah naik dengan percuma, ayo temanku lekas naik.. keretaku tak berhenti lama....."

I bet all Indonesian knows this song very well, if not.. you might either pass your kindergarten or maybe have an unfortunate childhood (let's refer it those who live with their gadget instead of playing traditional games with their fellas!). Well, in short way.. let me send you here for recalling your memory about that song!

This lovely song indeed reflect to one of favorite public transportation in Indonesia, train. As the impact of the necessity, I, my self, as a part of the society believe that train is the best solution to transport me from one city to another. Well, I never count how much I go with the train, but I am pretty sure I have traveled to some cities in Java with this transportation. I have gone to Banyuwangi, Surabaya, Jakarta, Jogja, Sidoarjo and not to mention Malang as the city where I am currently studying for my undergraduate education to be traveled to, from my lovely hometown, Bangil. It is no doubt for PT. KAI as the official company of the train to give those services since they have a long and remarkable railways around Indonesia up to 6.000 kilometers. Awesome, isn't it? 

Hey, why do I bother to talk about it so sudden? Today, I have planned to go back to Bangil from Malang at 12 p.m. So what? I know it is common, but today it is a bit different. It was 10 o'clock when I received a text from my cousin that her train was delayed for about 3 hours because of the flood at Porong stasion. Well, I felt like suddenly getting strike in my head (headache attacked) thinking I would probably reach my hometown longer than I have ever did. 

a floody railways at Porong. source : @infosda
Arriving Kotabaru Station, I could see a lot of people, well passengers are hopeless sitting in the floor with a tired face, waiting the train's coming. Without bothering them, I came to the front desk to check my ticket while a passenger struck me informing about the delayed train which made a crowded station on this desolate Tuesday. It seems so crazy when I checked my watch at 11.40 a.m. while hearing a security answer the question from passengers of the delayed express train (a local business train from Surabaya to Malang and vice versa) which is scheduled to arrive at Kotabaru station at 09.50 a.m., still has no updated information when it would arrive. OMG, this  is incredibly freaking me out if I were them; you have to wait something, you have not known when it comes. So, how about the economic one I would ride to?

KA Express struck the flood at Porong.
source @malangkereta
Yet, A happy news was coming 10 minutes later when the security allowed all passengers of Penataran which is scheduled at 12 p.m. (my train!) to go inside the station. It even came sharply at 12, and went so fast without no problem. I thought the tragedy of flood was ended, and I felt so grateful wishing for a normal scheduled of arriving at my hometown. I even checked my watch continuously to see whether it was precise or late during the journey. When the train was slowly decrease the speed after passing Sukorejo station, I did wonder why it was so and.. surprisingly true, it is stopped at Wonokerto station. I really did not understand why it should be there to wait other train for passing trough as a matter of long period stopping at the station, since it was so rare considering Bangil station is one step more as the right place for doing so. Some passengers were going out to get some fresh air or even leave the train to ride angkot because they have known already it would not work to just wait the train reaching their destination as fast as they expected. I am not a bigot of the trains but indeed I am fond of them, so I would not become the followers of those hurried passengers. Well, I appreciated myself to be turned as very patient passenger during 1,5 hours after waiting the train stop working at Wonokerto station when it finally went straight to my hometown at 3 p.m. 

live-twitpic information
source: @infosda
Arriving Bangil station, I jumped out from the train, well.. yes of course after it was stopped perfectly in the third railways, I thought. As far as my eyes could reach when dropping myself from the train, I cannot see a way out from the station but a bunch of wagons fill the railways. I have no choices to pass the trains one by one, go in-and-out from one to another for reaching the first railways to meet the exit way. Thus, I passed one economic penataran, one executive train.. I thought it had been the last one to jump in-and-out, but I found out one local business express train had ceased in the first railways at Bangil station!! Naturally, the business express train would never been stopped at Bangil station, therefore I have just shocked and been speechless! At the same times, I realized I have just dropped out from the train in the fourth railways, the fourth one! Amazing to see bunch of wagons are stopping there! wow.. this is the first time I see almost all of the railways of Bangil station was used and filled with the trains. 

live-twitpic information from @malangkereta

source : @malangkereta

Behind those amazing unexpected event, I wish for a betterment to fix it up the railways at Porong station will be soon done, and there is no more messy scheduled train like this. I pretty much know people love train so much regarding the prize which is affordable and enough to be paid for the beautiful journey together with the train! Thank you, PT. KAI..

not a bigot of train, but a fond :*
@fatimahghaniem
5 february 2014

Tuesday, February 4, 2014

Another Beautiful Beach of Southermost Malang, Ngliyep

Kembali berwisata melalui alam ingatan, saya terjebak di tengah-tengah tahun 2013 tepatnya bulan juni 2013 sebelum saya melaukan internship di Kusuma Agrowisata. Saat itu, organisasi yang menaungi saya, FORMASI tengah mengadakan liburan bersama bertitle FORMASI ON VACATION. Liburan ini ditujukan kepada para pengurus yang sudah kelelahan mengerjakan proker-proker serta bosan dengan kegiatan perkuliahan. Selain itu, liburan ini juga ditujukan bagi anggota lainnya yang tidak bisa berlibur ke kampung halaman. Maka dengan beberapa alasan tertentu, terpilihlah destination kami di Pantai Ngliyep.

Pantai Ngliyep
Berangkat pukul 10 pagi menggunakan angkot, membuat kami keasikan mengobrol banyak hal selama 2,5 jam perjalanan menuju Pantai Ngliyep. Mulai dari membahas kompetisi-kompetisi bahasa inggris yang kami ikuti (secara, FORMASI adalah Forum Mahasiswa Studi Bahasa Inggris) hingga membahas kartun jaman kecil pun kita bahas. Hingga tak terasa, sampailah kami di Pantai Ngliyep sekitar pukul 12.30.

have fun at Ngliyep
Sesampai disana, kami asyik bermain di pinggir pantai yang sangat sepi sekali. Kala itu, ada sepasang muda-mudi yang tengah berpacaran di pinggir pantai saat kami datang. Namun, tidak lama kemudian pergi meninggalkan pantai ngliyep setelah kedatangan kami yang memang ramai sekali. Pantai itupun seolah menjadi pantai pribadi yang disewakan khusus untuk kami. Kami bermain cukup lama di pantai yang terlihat jelas ombak laut lepas tersebut, hingga akhirnya kami kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak sekitar pukul 2 siang. 

main air di pinggir pantai ngliyep
Saat itu, datanglah seorang petugas memperingatkan kami untuk berhati-hati bermain di pinggir pantai ngliyep tersebut dan menyarankan untuk pindah di pantai sebelah kiri yang berupa telaga dimana dibatasi oleh tebing tinggi sehingga deburan ombak tidak sebesar di pantai yang kami singgahi sedari tiba tersebut. Well, mungkin mirip dengan segara anakan milik pulau sempu ya, tetapi bedanya pantai Ngliyep tidak dikelilingi tebing tinggi seperti di pulau sempu. Kita juga tidak perlu berjalan kaki selama berjam-jam untuk sampai di pantainya dan menikmati keindahannya. Di pantai itu, ombak tidak terlalu besar sehingga banyak sekali anak-anak kecil yang juga bermain di pantai tersebut bersama keluarganya, tepatnya di pantai kecil sebelah kiri. 

laut lepas diantara tebing pantai Ngliyep


pantai ngliyep yang aman
Permainan kami di pantai Ngliyep akhirnya berakhir saat waktu menunjukkan pukul 3 sore hari. Kami segera bersiap kembali ke kota sibuk Malang setelah refreshing seharian di pantai indah tersebut. We did a lot of fun there, playing football, volley and sort of stuff. Hands down for Sparkling PR and Maximum HRD BOC 2013 deh
It's me!

with ope and adit, my 24th best friends
FORMASI on Vacation - Pantai Ngliyep

yang rindu pantai,
@fatimahghaniem
4 february 2014