Saturday, January 12, 2013

Hari ke-10 : I am the Only Child

Tidak menjamin menjadi seorang anak tunggal itu enak, serba dimanja dan diturutin kemauannya. Tidak-tidak.. kalian salah besar kalo punya pikiran seperti itu, tidak semuanya menjadi anak tunggal itu laksana putri agung dalam istana.

Yes! I'm the only child in my little family! Ada sebuah tanggung jawab besar yang saya emban sebagai seorang anak tunggal, dan lagi saya PEREMPUAN! Ketika semua orang meneriakkan jargon feminism movement dan equality baik secara teori maupun praktik, well nyatanya tidak semudah itu lho melaksanakan tren yang dibawa oleh masyarakat barat alias western tersebut.
“When a man gives his opinion, he's a man. When a woman gives her opinion, she's a bitch.” ― Bette Davis
taken from care2.com
Itu pendapat Bette Davis yang mengkritisi status sosial perempuan di mata masyarakat yang kurang lebih artinya gini, ketika seorang pria memberikan pendapat, maka ia adalah pria sejati. Ketika perempuan berpendapat, ia seperti halnya perempuan jalang.

Bagi saya, kesempatan dan kebebasan memilih cara untuk aktualisasi diri sebagai perempuan adalah definisi sebenarnya feminism movement. Tidak ada kaitannya dengan gender equality, kalaupun iya karena kami, perempuan menginginkan kesamaan kesempatan untuk menikmati dan mencari jati diri. Nah, dari tulisan tersebut saya jadi berpikir lho, bahwa mungkin hal-hal yang membatasi feminism movement di negeri kita yang menganut eastern ini juga karena paradigma tersebut. Bahwasanya sedikit saja kita, kaum perempuan berbicara itu seperti halnya menantang etika dan norma yang berlaku. Well, saya juga merasakannya lho terkadang. 

Terus kaitannya apa sih dengan saya yang anak tunggal? ada kok, walaupun sedikit haha. Intinya sudah saya sampaikan diatas, bahwasanya anak tunggal itu memiliki tanggung jawab yang bisa dibilang lebih besar dari kalian yang punya saudara. Karena tentunya, akan lebih banyak tuntutan yang harus dilunasi dari setiap ekspektasi dan harapan orang-orang di sekitarnya. 

Dalam kaitan saya sebagai anak tunggal dan perempuan, alhamdulillah saya bersyukur memiliki orang tua yang pengertian dan tidak memanjakan saya, mereka adalah orang-orang kuat yang selalu bisa menguatkan ketika saya jatuh karena tuntutan tersebut. Sebegitu banyak tuntutan terkadang membuat saya ingin menyerah dan melupakan seluruh mimpi-mimpi saya, tetapi selalu ada orang-orang terbaik yang dikirim Sang Pencipta untuk mendukung dan menguatkan saya. Termasuk didalamnya adalah kedua orang tua saya. Mereka selalu mengingatkan bahwa tuntutan tersebut adalah cambuk bagi saya untuk berproses menjadi pribadi yang lebih baik nantinya.

Akhirnya, saya menarik kesimpulan dari siklus kehidupan yang saya lalui ini. Bahwasanya di setiap kesempatan berharga untuk membuktikan diri kalian, akan selalu ada jalan terjal yang harus dilalui demi menggapai mimpi yang semestinya. So, jika kamu, perempuan sebagai anak tunggal bisa menikmati, menjalani dan melewati tuntutan-tuntutan tersebut, berbanggalah karena kamu adalah the truly great child for your parents and surronding!

Bagaimana dengan saya? I'm on the process of it

 (fatimahghaniem - 12 Januari 2013)

6 comments:

  1. siapa nih orang yang selalu mendukung mbak? sebutin dong. yang spesifik, biar dia nya ngerasa :D hahaha cieee cieeee

    ReplyDelete
  2. lha kan udah disebutin orang tua saya zur, dasar miss galau! :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. tuhkan sebenernya yang galau tuh siapa sih, kok gua terus yang ditunjuk-tunjuk jadi tersangkanya :P

      Delete
    2. elu zur, kan elu ketua komunitas galauers kota malang :p

      Delete
  3. :) hmm.. punya saudara banyak itu juga kadang ada nggak enaknya fie.. jadi, bersyukurlah menjadi anak tunggal dimana tak ada yang membandingimu dan tak ada rasa sayang yang harus dibagi, lalu aku akan bersyukur kalo aku nggak terlahir sendiri... :') #pukpuk fifie

    ReplyDelete
    Replies
    1. there is always something behind our destiny right? we only need to be so grateful for everything we've get :')

      Delete