Saturday, January 25, 2014

Sempu, The Beautiful Hidden Island!

Masih dalam suasana liburan yang sedikit boring karena tidak melakukan apapun, membuat saya teringat kembali akan liburan semester genap lalu saat berkunjung ke pulau sempu, pada bulan september 2013.

dari sendang biru menuju pulau sempu
Pulau Sempu merupakan sebuah pulau terpencil yang terletak di selatan kota Malang, dimana harus melalui beberapa tahapan untuk akhirnya bisa sampai di pulau tersebut. Pertama, pulau sempu harus dilalui dengan menggunakan kapal/perahu dari pantai sendang biru, kemudian masih harus melalui jalur tracking pejalan kaki sekitar 2-3 KM selama kurang lebih 1,5 jam untuk akhirnya sampai di pulau tersembunyi yang keindahannya sangat mempesona.

segara anakan, the first scenery you will see after arriving
laut lepas dari tebing tinggi di dekat area camping

Didalam pulau sempu sendiri terdapat telaga yang disebut segara anakan, dimana merupakan pantai berombak lembut yang aman untuk berenang. Hal ini dikarenakan air laut lepas yang masuk kedalam telaga tersebut terhantam lubang besar tebing karang dahulu sebelum akhirnya masuk dan mengisi telaga tersebut. 

deburan ombak di tebing, mengisi air di segara anakan
Kala itu, saat tiba di Pulau Sempu merupakan musim kemarau sehingga jalur perjalanan menuju pulau tersebut terasa lebih mudah dilalui, tanpa rintangan yang cukup berarti. Selain itu, segara anakan yang mengumpulkan air dari laut lepas juga dalam kondisi surut sehingga kami bebas menikmati keindahan karang yang muncul dan terlihat di segara anakan, seperti ini..

berfoto di batu karang segara anakan
segara anakan saat surut
pulau sempu dari sisi segara anakan
Kami sampai di pulau sempu tepat pada pukul 13.30 siang, setelah melalui perjalanan panjang sedari pukul 6 .00 pagi. 3 jam kami lalui menggunakan motor dari kota Malang, 30 menit di sendang biru termasuk mengendarai perahu yang kami sewa dan sekitar 1,5 jam perjalanan kaki membuat perut kami meronta-ronta untuk makan. kami pun segera memasang tenda dan menyalakan kompor untuk segera memasak mie. Sambil menanti mie masak, kami tidak kekurangan energi untuk berkeliling mencari spot berfoto ria di sekitar pulau tersebut.

spending times at Sempu Island
teman sejawat di pulau sempu






segara anakan masih dalam kondisi surut
cantiknya telaga segara anakan



menaiki tebing pulau sempu diatas area camping

tebing pulau sempu
Saat memasuki malam hari, semakin banyak pengunjung berdatangan membangun tenda untuk camping di pulau tersebut. Saya ingat, kala itu segerombolan anak muda membangun tenda pada sore hari di sebelah kami dan sambil basa-basi bertanya berapa hari menginap di sempu. Kami menjawab, hanya semalam saja. Mereka dengan bangga mengatakan akan menginap selama 3 hari, dengan membawa 1 galon air dan sekarung jagung sebagai perbekalan. Saat malam hari, monyet-monyet yang berkeliaran dari siang, rupanya sudah menghilang ditelan gelap malam. Kami pun asyik menghabiskan waktu dengan bermain uno sebelum akhirnya terlelap dan terbangun pada pukul 3 dini hari.

Saat kami terbangun, air laut telah memasuki masa pasang sehingga kami hampir ketakutan saat air segara anakan hampir mendekat di area camp pada tengah malam. Namun, tentu saja saat itu kondisi pasang masih aman. Hingga akhirnya memasuki pukul 6 pagi hari, air laut telah memenuhi segara anakan yang tadinya surut tanpa air yang membuat kami tidak bisa berenang tepat saat kami tiba. Seusai puas mandi di segara anakan, kami pun memutuskan untuk segera berkemas pada pukul 10 pagi. Tak disangka, para pengunjung yang baru tiba sore hari kemaren tersebut dan mengaku akan menginap 3 hari, ikut mengemasi barang-barangnya dan meminta kami untuk menemani mereka melalui jalan tracking  untuk kembali ke tempat penjemputan perahu. Ternyata mereka membatalkan menginap 3 hari, akibat persediaan air yang telah habis. Hmm.. ada-ada aja! 

Overall, camp kami di pulau sempu, pulau cantik yang tersembunyi tersebut berakhir dengan sangat menyenangkan walaupun harus bertahan tanpa sinyal handphone selama 2 hari. Bersama Yani, Nurin, Ahmad, Mas Fauzul, Ambar dan Azki yang sepanjang malam asyik mendengarkan lagu fenomenal yang kini sudah di remix menjadi lagi dangdut, kami meninggalkan camp bara-bere dengan hati yang terpuaskan! Sampai jumpa lagi, sempu!

camp bara-bere

yang masih pingin melancong selama liburan akhir masa kuliah
@fatimahghaniem
25 Januari 2014

Thursday, January 16, 2014

Hello 2014! - Trip to Banyuwangi [Chapter 3-END]

HAPPY NEW YEAR 2014!

fireworks at Ijen
New Year 
with @aufaazki
Berpuluh-puluh kembang api tengah dinyalakan ditengah gelap gulitanya langit parkir Ijen demi menyambut tahun baru 2014, kami pun berteriak bersama Happy New Year! sambil mengabadikan moment-moment tersebut dalam kamera kami.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, saat kami segera memutuskan untuk mendaki kawah ijen malam itu. Kami memulai perjalanan tepat pukul 1.30 dini hari dimana cuaca saat itu tidaklah terlalu dingin, bahkan kami berkeringat ketika baru menaiki sejauh 1 km pertama yang cukup menanjak. Perjalanan kami sangatlah seru sekali, bertegur sapa beberapa kali dengan para pendaki lainnya serta melakukan beberapa kali istirahat di spot-spot tertentu. Hingga sampailah kami di tempat peristirahatan dekat kawah ijen pada pukul 3.30 dini hari dimana bau belerang sangat dahsyatnya menusuk hidung para pendaki. Kami bahkan memerlukan beberapa kali oksigen untuk menstabilkan pernapasan kami yang terganggu oleh bau belerang yang cukup tajam. Sambil menunggu matahari terbit, kami duduk mengobrol sambil memasak air untuk pop mie yang telah kami siapkan. Seusai makan pop mie, saya, ayu dan azki berjalan-jalan menyusuri kawasan terjal menuju tambang belerang yang dekat dengan kawah berwarna hijau toska yang sangat indah. Namun sayangnya, akibat jalan yang cukup curam dan terjal, kami memutuskan untuk tidak turun terlalu jauh dan saya pun memilih untuk menikmati pemandangan tersebut diatas. Coba lihat pemandangan dari jauh begitu saja sudah indah, apalagi saat didekati ya? :)

hijau toska kawah ijen, Banyuwangi
bersama sahabat travelers

Memasuki pukul 05.30 pagi, kami memutuskan untuk segera turun dan meninggalkan area kawah ijen. Perjalanan menuruni kawah ijen memang tidak terlalu melelahkan kaki seperti halnya saat menaikinya, namun sangat diperlukan rem kaki yang maksimal dan super extreme akibat kemiringannya yang luar biasa hingga mencapai 25-35 derajat. Saat turun, kami tidak hanya sibuk melakukan rem kaki tetapi juga menyempatkan dirimenikmati pemandangan sekitar yang menakjubkan, dan sesekali mengambil foto. Seperti yang dibawah ini..

jalur terjal menuju parkir mobil ijen

jalur kelokan S didekat kawah ijen
Kami pergi meninggalkan kawasan wisata ijen pada pukul 7.30 pagi, dan segera meluncur menuju arah pelabuhan Ketapang, the last destination, Taman Nasional Baluran. Tepat pukul 9.30 kami masuk area taman nasional yang memerlukan lebih dari 4 km untuk akhirnya kami singgah di padang savana dan berburu foto-foto disana. Hari itu, tepatnya 1 Januari 2014 kawasan baluran memang padat sekali pengunjung, bahkan wisata pantai yang kami idam-idamkan terpaksa tak kami jamahi lama-lama karena padatnya wisatawan yang memenuhi area wisata Pantai Bama.

padang savana, baluran

a crowded beach, Pantai Bama
Well, karena sedikit kecewa dengan penutup liburan kali ini, kami pun melampiaskan diri dengan berfoto-foto ria di dalam mobil. Berikut beberapa foto ala selfie yang lagi ngetrend akhir-akhir ini, baik dari hari pertama hingga detik akhir kami kelelahan didalam mobil, tetap kegilaan merajai...

Pantai Pulau Merah
Alas Purwo

Kawah Ijen
Taman Nasional Baluran
Mobil

well, usai sudah liburan kami kali ini, and it was awesome trip bersama sahabat travelers, Yeni, Ahmad, Suluh, Azki, Chory, Ayu, Amin, Alfian dan Rinta. Kita memang tidak pernah menyangka dengan siapa kita akan menghabiskan waktu setahun ini, apakah akan sama dengan penghujung dan awal tahun? tidak penting untuk dipikirkan, yang pasti sempatkanlah untuk menorehkan memori indah dengan siapapun kita melaluinya! Wish a best moment, hello 2014!


kegilaan di pantai pulau merah

hello 2014!
Sedang menata masa depan indah di tahun 2014
@fatimahghaniem
16 Januari 2014

Wednesday, January 15, 2014

A Last Minute! - Trip to Banyuwangi [Chapter 2]

Jika diingat kembali, 4 hari yang kami habiskan disana terasa sangat singkat. Namun, mempertimbangkan kondisi cuaca yang super hot seperti ingin bersaing dengan kota yang disinggung-singgung sebagai metropolitan kedua setelah Jakarta, yakni Surabaya, menghabiskan sehari saja di Banyuwangi itu terasa menyiksa.

Setelah berpuas diri bermain di pantai seharian, kami tergeletak luntang-lantung di rumah. Tidak ada rencana khusus hari itu selain mencuci baju dan menunggu sore hari untuk segera meluncur ke rumah teman kami, Alfian. Disana kami juga tak banyak melakukan aktivitas yang berarti, hanya sekedar ngobrol dan bercanda. Tadinya kami berencana untuk membuat rujak party, tetapi setelah berkelana sesaat di kebun milik keluarga Alfian tidak ditemukan buah mangga yang berbuah lebat. Akhirnya beberapa dari kami memutuskan untuk pergi ke Alas Purwo yang notabene dekat dengan rumah Alfian.

Alas purwo kabarnya adalah suaka marga satwa, terutama jenis banteng yang memiliki 3 pantai indah didalamnya, termasuk ketika memasuki senja dan menikmati bias sunset disana. Salah satu yang terkenal adalah G-Land atau plekung. Sore hari tersebut, kami hanya mengunjungi alas purwo di pintu masuknya saja, disebabkan karena waktu yang tidak memungkinkan untuk terus memasuki area wisata Alas Purwo. Saat itu yang ikut pergi, hanyalah para perempuan-perempuan yang ingin sekedar berfoto-foto disana. Sedangkan para lelaki memilih tinggal sambil asyik bermain PS di rumah Alfian.
Dekat Pintu Masuk Alas Purwo
yang lagi main PS
Selain keberadaan PS, ada satu makhluk unyu di rumah Alfian, yang mengalihkan duniaku dibanding yang lainnya, yakni Bruno. Bruno bukan penyanyi keren pelantun locked out of heaven itu ya, tapi Bruno yang ini lebih unyu dan imut.. and tarraa, say hello to Bruno!

Bruno, kucing kesayangan Alfian
Menurut si empunya, Bruno ini adalah kucing kesayangan yang paling peka sama hal-hal berbau gaib. Ia akan serta merta menoleh ketika merasakan kehadiran makhluk beda dunia tersebut, makanya kucing ini selalu diajak kemana-mana, terutama ke Malang tempat Alfian mengejar ilmu untuk menemani dan melindunginya.


***
Pada hari berikutnya, kami sibuk mengepak barang-barang untuk ke kawah ijen. Hari itu, sudah kami canangkan untuk mendakinya di malam hari demi melihat blue fire yang menurut informasi banyak orang, hanya ada 2 di dunia ini, yakni Islandia dan Banyuwangi. Ada banyak hal yang diperlukan untuk dibawa, seperti cokelat, madu rasa, air, oksigen dan beberapa lainnya. 

Saat itu jam menunjukkan pukul 5 sore, ketika travel telah menjemput kami untuk segera meluncur menuju TKP. Malam itu perjalanan cukup panjang dan ramai, hingga kami menginjakkan kaki di parkiran Ijen sekitar pukul 8 malam. Perjalanan menuju parkir Ijen pun cukup mengesankan karena kami sempat terpaksa harus turun dari mobil dan mendaki jalanan yang cukup curam kemiringannya, karena ketidakmampuan mobil untuk menjajah jalanan tersebut.

Karena cukup melelahkan dan kedinginan, kami segera mencari warung terdekat untuk sekedar membeli kopi dan teh hangat, serta makan mie dan soto. Saat itu, cuaca cukup memburuk karena hujan turun membasahi kawasan parkiran Ijen. Menurut informasi dari pengelola kawah ijen, para pendaki dilarang untuk naik akibat cuaca yang memburuk hingga jam-jam tertentu. Dikatakan apabila hujan telah reda pada pukul 12, pendaki diperbolehkan untuk naik.

Kami akhirnya memutuskan untuk meninggalkan blue fire jika hujan tidak reda hingga pukul 11, dan pergi ke atas hanya untuk menikmati sunrise. Sambil menunggu hujan reda, kami berkumpul di dalam mobil, saling bercerita dan berkisah mengenai hidup. Kisah bahagia, sedih dan bermakna. Ditengah-tengah perbincangan, sebuah suara letusan mengejutkan ke-hiruk-pikuk-an area parkir Ijen, hingga kami terpaksa beranjak turun dari mobil kami. Turun dari mobil, kami semua ternganga lebar memandangi lingkungan sekitar area parkir tersebut! Hm.. ada apa ya?


kunjungi blog ini, untuk trilogi akhir Trip to Banyuwangi ya!
@fatimahghaniem
15 January 2014

Saturday, January 11, 2014

Beach Beach and Beach! - Trip to Banyuwangi [Chapter 1]

Penghujung tahun 2013 kemaren adalah kesempatan emas menghabiskan waktu liburan pekan sunyi terakhir selama masa kuliah S1 dengan cara yang extremely different, ga ada yang namanya mikir take home ataupun written test buat ujian nanti, but simply melancong ke BANYUWANGI! 

Banyuwangi adalah nama kota di provinsi Jawa Timur, dimana merupakan perbatasan provinsi paling timur dan dekat dengan pulau Bali. Well, tentu bakal banyak banget tempat-tempat yang perlu di explore buat sekedar liburan and relax sambil menikmati keindahan-keindahan alam disana. Selain itu, kondisi Banyuwangi yang masih pure Indonesia sekali, dimana kebanyakan masyarakatnya menolak modernisasi yang dibawa oleh western culture massively. Perlu diketahui, bahkan pemerintah sendiri menetapkan sistem pembatasan jumlah supermarket yang ada disana, semacam Alfamart dan Indomaret. 

Banyuwangi juga terkenal sebagai penghasil buah jeruk terawet, dimana jeruk tersebut jika disimpan kurang lebih 2 minggu masih terasa enak. Selain buah jeruk, Banyuwangi juga memiliki banyak lahan kebun buah melon dan semangka, termasuk juga buah naga. Harga buah di Banyuwangi pun terkesan miring, terutama pada saat masa panen misalnya, buah naga merah bisa dibeli dengan harga Rp. 2.000,-/kg. Luar biasa sekali bukan?

Perjalanan menuju Banyuwangi dimulai dari kota Apel, Malang pada tanggal 28 Desember 2013 silam, menggunakan kereta ekonomi tawangalun tujuan Banyuwangi. Selama 7 jam perjalanan dari pukul, 14.45 hingga 22.15, saya dan teman-teman sampai di stasiun Rogojampi dan dijemput oleh travel serta teman kami, Yeni yang notabene tinggal di kota tersebut.

A shiny morning in Gumuk Kantong
Hari pertama di kota Banyuwangi, 29 Desember 2013 saya dan teman-teman pergi ke Pantai Gumuk Kantong, di desa tembok rejo, Muncar sekitar 7 km dari rumah teman kami, Yeni. Kami berangkat dari rumah menuju Gumuk Kantong menggunakan motor dan sepeda sedari pagi, pukul 07.00 WIB dan kembali pulang pada pukul sekitar 09.00 WIB. Pantai Gumuk Kantong, memang bukanlah pantai selatan dengan ombak yang besar, namun keindahan pantai ini terletak pada sinar matahari yang indah membias di lautnya serta pemandangan sekitar yang dipercantik dengan banyaknya pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi disekitarnya. Masyarakat sekitar sering sekali bermain di pantai ini, untuk sekedar berenang atau jogging lari pagi, ada pula yang juga berlatih karate dipinggir pantai tersebut.

Pantai Gumuk Kantong
Memasuki pukul 13.00, kami bergegas untuk pergi menuju another destination, yakni Pantai Pulau Merah yang diyakini mirip sekali dengan Pulau Kuta dahulu kala saat masih bersih dan cantik. The virgin of Kuta Beach, kata teman saya, Alfian yang juga besar di kota yang terkenal dengan jargon I BWI-nya tersebut. Jargon tersebut diperkenalkan oleh pemerintah Banyuwangi, yakni Abdullah Azwar Anas yang baru beberapa bulan sebelumnya menjabat sebagai Bupati Banyuwangi. Hampir di sepanjang jalan yang kami lalui menuju Pantai Pulau Merah, terdapat banyak banner dan spanduk bertuliskan  I BWI demi mengusung dan melestarikan kecintaan warganya terhadap kota Banyuwangi yang indah dengan aura pedesaannya. 

Pantai Pulau Merah, Banyuwangi

Tepat pukul 3 sore, kami sampai di Pantai Pulau Merah. Saat pertama kali melihat pantai tersebut, saya langsung teringat kembali pada masa SMP sekitar 6 tahun yang lalu sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di Pantai Kuta. Mirip sekali, cantik dan mempesona. Suasananya pun tidak jauh berbeda, dimana di dekat pinggir pantai, bertebaran payung-payung yang disewakan. Tidak salah memang, jika pantai ini disebut-sebut sebagai the virgin of kuta beach. Disana kami mengahabiskan sore hari sambil bermain air serta mengabadikan berbagai momen indah. Salah satunya yang kami tunggu-tunggu adalah sunset di Pantai Pulau Merah. Coba tengok foto matahari yang akan terbenam dibawah tersebut, cantik bukan? 

Sunset!
masih banyak lembaran-lembaran cerita di Banyuwangi yang akan ditorehkan disini, nantikan ya!
@fatimahghaniem
11 January 2014

Thursday, January 9, 2014

Logical Reasons

Sempet baca blog sebelah, blognya mahasiswi imut yang pendiem tapi punya sejuta kata tak terungkapkan, sebut saja nona jamblang, hal ini dikarenakan hobby dia yang suka banget ngomong jamblang ditengah-tengah ke-pendiem-annya, dan ga tau juga artinya apaan. well, sebenernya postingannya simple tapi ngena sekali, tentang alasan kita mencintai atau menyukai seseorang, haruskah ada alasannya? kalo yang mau kepo dan baca, disini ya !

Alasan, setiap orang selalu mempertanyakan alasan suatu hal. Alasan kenapa datang terlambat, kenapa bangun kesiangan, kenapa ga mengerjakan PR, kenapa harus beli sandal, kenapa ngado jam tangan, kenapa merek A lebih bagus dari merek B, kenapa masih jomblo single, kenapa dan kenapa? banyak pertanyaan kenapa yang menuntut alasan. well, kalo dipikir-pikir ya, yang namanya alasan itu emang penting juga. Misalnya, alasan dateng terlambat. Kalo misalnya karena nyelamatin orang kecelakaan di jalan, mau ngomong apa? it can be happened. Yang namanya alasan alias alibi juga perlu bukti kan, gapapa dibuktikan aja kalo itu bener. Gak ada salahnya percaya, selama itu logis dan bisa dimaafkan. Ya, kecuali kalo udah ga logis dan keterusan, itu perlu dipertanyakan kedisiplinannya. Yang jelas, yang namanya alasan itu berhubungan sama hal-hal logis, hal-hal yang mudah dicerna oleh otak. Makanya, pertanyaan-pertanyaan diatas tadi, pasti gampang banget kan jawabnya, meskipun bisa aja ngibul dengan bilang, "maaf, tadi ban motor bocor dijalan" tetep aja itu masuk kategori logis yang diterima otak, bukan?

nah, gimana kalo pertanyaannya sama kayak yang dilontarkan nona jamblang, kenapa suka warna biru, kenapa kok suka sama cowo itu, gimana sih kok bisa suka sama cewe itu. Pertanyaanmya terkesan logis, tetapi bagaimana kita menjawabnya? tidak semudah menjawab pertanyaan sebelumnya bukan, yang bahkan kamu tidak memerlukan waktu untuk berpikir dua kali. Mungkin para ahli science bisa membuktikan bahwa pertanyaan diatas bisa dijawab menggunakan logika, bahwa warna biru memiliki arti ketenangan seperti air yang merupakan dekat dengan kepribadian seseorang yang cinta damai. Perasaan suka itu terjadi karena adanya hormon oxytocin yang meningkat and bla bla bla. Apakah penjelasan-penjelasan tersebut dengan mudah dicerna otak? ah kalo menurut saya tidak. Karena pada dasarnya, kita hanyalah manusia biasa yang tidak bisa menguasai perasaan kita. Pemilik alam semesta inilah yang memilikinya, maha pembolak-balik perasaan. Selain itu, pertanyaan yang berurusan dengan perasaan dan ketertarikan tidaklah mudah dikaitkan dan diterima otak, karena sistem kerjanya sudah berbeda. Hati dan otak pun letaknya berjauhan. Maka, tidak ada salahnya kan ketika kita tidak memiliki alasan akan suatu hal. Alasan kenapa kita menyukai latihan debat daripada ikut paduan suara misalnya, itu juga karena hati, minat dan ketertarikan kita yang berkehendak. In this level, ini bukan lagi daerah kuasa otak. 

Jadi kesimpulannya, alasan itu memang terkadang penting, tapi bukan berarti kita memaksakan diri untuk membuat suatu alasan itu ada untuk suatu hal yang tidak berhubungan dengan hal logis. Mempertanyakan hal tidak logis tentu diijinkan, tetapi berilah lawan bicara kamu hak dan kebebasan untuk tidak menjawabnya jika hal itu berhubungan dengan hati dan perasaannya. Misalnya, jika kamu ditanya kenapa kamu suka pake sepatu high heels sih kemana-mana? boleh kok nanya, tapi hargain juga kalo yang ditanya cuma senyum aja tanpa jawaban, palingan kalo bisa jujur dan ngomong langsung, yang ditanya bakal jawab.. lha terus kenapa emangnya kalo suka, masalah buat lo? suka-suka dong!


Happy New Year!
@fatimahghaniem
9 January 2014