Thursday, August 7, 2014

Alkisah Saudara Kembar Selena Gomez!

Remaja di seluruh dunia pastilah mengenal siapa itu Selena Gomez, apalagi yang paling up-to-date dengan dunia hiburan western. Selebriti muda berbakat ini, namanya kian melambung meskipun diterpa berbagai konflik terkait hubungannya dengan Justin Bieber, seleb youtube yang juga kini sangat terkenal itu. Well, kayaknya opening ini layaknya disudahi aja ya. Bakal lebih asik kalo kita segera mengulik kisah saudara kembar Selena Gomez yang sangat fenomenal ini!

Selena Gomez | source: www.heshestats.com

Alkisah seorang mahasiswi kebidanan bernama Amel yang kuliah di salah satu perguruan tinggi mengadakan praktek di rumah bersalin. Saat pertama kali tiba, temannya yang sudah dulu praktek disana memperkenalkan ia dengan salah satu anak Ibu bidannya yang masih duduk di kelas 4 SD. "Kenalin, ini mbak Amel. Mbak Amel ini teman mbak Lala yang juga mau praktek disini," buka Lala pada saat itu.

Dengan percaya diri, si gadis mengulurkan tangan kepada Amel dan menyahut, "Halo mbak. Kenalin namaku Stevi, Stevi Binti Selena Gomez," gadis ini diam sejenak menatap Amel yang termangu-mangu sambil menerima uluran tangannya. "Ituloh mbak, Selena Gomez yang pacarnya Justin Bieber. Aku ini saudara kembarnya," lanjutnya dengan centil.

Amel tersenyum singkat diantara ekspresi kebingungannya kala itu. Ia pun menengok ke arah temannya Lala sambil membatin, Anak ini apa ga kenapa-kenapa kan? 

Lala akhirnya hanya mengangkat bahu sambil tersenyum penuh arti.

Kemudian, Amel menemukan hal lain mengenai Stevi. Ternyata, sang saudara kembar Selena Gomez ini berbeda dengan saudaranya yang lain. Adiknya terlihat ganteng dan putih bersih turunan ayah dan ibunya, sedangkan Stevi berkulit gelap dan tambun dengan bobot 50 kg di usianya yang masih 10 tahun. Amel pun  akhirnya tak sanggup menahan gejolak pertanyaan-pertanyaan di kepalanya itu. Ia memberanikan diri bertanya kepada Lala, "La, Stevi bener anaknya Bu Nura? Kok dia beda sih, sama adik-adiknya?"

"Hussh.. ngawur kamu! Ya iyalah, anak siapa lagi?" 

***

Wednesday, August 6, 2014

A Short Trial For The Delighted Dine!

Halooo akhirnya nyampe juga di penghujung liburan! Oh man, mau bilang ga rela, ya udah sih relain aja si mantan, ntar bisa cari yang baru lagi.

Okay lupakan opening ga sinkron ini, mari kita selesaikan apa yang mengusik pikiran hari ini sehingga memangsa jemari untuk mengetikan barisan huruf dalam seri blog jurnalicious kali ini.

Well, sebenernya simple aja sih. Cerita ini dimulai saat beberapa hari yang lalu, umik saya tiba-tiba bertanya, "makaroni itu enaknya dimasak apa sih?"

"Ya, banyak mik," jawabku sambil lalu.

"Dimasak gawe tambahan sup ah?" sahutnya kemudian.

Sambil termenung, sesaat saya memikirkan sup yang udah penuh dengan sayur kentang, wortel, kubis, kacang panjang, tomat dan lain-lain itu, ya masa masih ditambah makaroni lagi. Itu mah kayak... penuh banget! Lagian kayak ga ada variasi masak makaroni lain aja. Akhirnya, dengan ngasal saya menjawab, "jangan sup, wes beli aja dulu dipikirin nanti bikin apa."

Eh pas beso paginya iseng mainin timeline twitter, ada seorang teman bilang lagi bikin makaroni schotel! CLING! Bohlam lampu muncul mendadak di samping kanan kepala saya. Nih ini.. mending makaroninya dibikin ini aja! Namun kebahagiaan itu sirna, ketika umik datang dan mengabarkan bahwa beliau hanya membeli dua sachet makaroni kecil. Duh ah, mana bisa bikin makaroni schotel kalo makaroninya dikit begitu. Well, singkat cerita.. ide itu sempat lenyap beberapa hari karena kesibukan di tengah libur lebaran ini.

Tiba-tiba hari ini, umik bertanya, "sido dibikin apa iku makaroninya?" 

Sunday, August 3, 2014

Sebuah Renungan : Bullying

No one wants to be the center of bullying's object!

Hey, lama tak menulis, tiba-tiba muncul dengan satu kalimat yang.. sedikit berat. Sudah sering denger dong dengan kata bullying? Yap, kata tersebut lagi ngetren banget di kalangan remaja baik anak sekolahan maupun kuliahan. Sebuah kata yang dijadikan register yang katanya untuk mempererat pertemanan dan persahabatan. Ada yang bilang, "Bully itu tanda sayang kita kali, biar kita makin erat." Nah, kalo orang yang dijadikan object bully ga terima, nanti ujung-ujungnya bilang "it was kidding", "yaelah becanda kali, gitu aja marah.. ah ga asik lo!" dan sejuta kalimat berlabel "elo ga asik, elo ga gaul" lainnya. Hm.. sepertinya ada fenomena yang unik sekali yaaa dengan pergeseran makna bullying ini! Yuk coba kupas tuntas napak tilas tentang bullying tergahol masa kini ini!

Monday, May 5, 2014

The Greatest Sharing Fella!

Menyelami akhir masa muda sebagai mahasiswa adalah masa-masa pelik terindah yang jika suatu hari nanti dikenang, akan membuat senyum terkembang tak henti. Nah, di detik-detik masa semau-gue yang ga akan berlangsung lama ini, rasanya tidak ada salahnya mengenang mereka yang special.. yang selalu hadir tak terduga diantara beratnya menjadi mahasiswa semester akhir.

Yes, beruntungnya saya bertemu dengan teman saya yang satu ini, Nuwailah Rochmah Rufqoti atau panggil saja namanya Wella. Mahasiswa tingkat akhir yang baru saja menginjakkan kaki di angka 22 tahun ini adalah the greatest sharing fella deh.

Wella
Kenapa begitu? kontributor terbesarnya mungkin karena adanya banyak kesamaan minat dan hobby. Sesimple itu juga kami bisa dekat pada awalnya. Yap, hal pertama yang membuat kami dekat adalah hobby membaca komik detektif conan yang kebetulan didistribusikan oleh teman sekelas kami, ferry saat masa sekolah abu-abu beberapa tahun silam. Hal yang favorit dari komik tersebut yang sering kami bahas adalah kecerdikan serta kebodohan tingkah Sinichi Kudo dan Heiji Hattori saat mereka bertemu, apalagi saat berhadapan dengan Ran Mouri dan Kazuha sebagai lawan karakter mereka. 

Memasuki masa perkuliahan, ternyata tidak membuat kami putus komunikasi hingga sekarang. Apalagi tak disangka-sangka kami malah masuk dalam kereta yang sama, kereta bernama Sastra Inggris meskipun duduk dalam gerbong yang berbeda. Wella adalah Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya yang katanya sih, sekarang udah berubah jadi UIN Surabaya ya? ya itulah.

Wella adalah lagi-lagi the greatest sharing fella yang paling kece saat kami bertemu di sela-sela liburan dalam reuni kecil bersama gang SMA. ketika semua teman kami tidak menemukan banyak kecocokan topik saat mengobrol, kami malah asyik membahas materi-materi yang sudah dan akan kami terima di sepanjang semester kuliah.

Kebiasaan berbagi ini akhirnya berlanjut dan berguna sekali di penghujung masa perkuliahan seperti sekarang ini, terutama disaat kami sama-sama tengah berjuang keras melawan virus paling mematikan bernama 'kemalasan'. Tidak perlu menunggu lama datangnya masa liburan untuk berceritera, temuan teknologi bernama internet yang beranak pinak menjadi beragam social media pun cukup ampuh menjembatani kebiasaan berbagi kami. Sebut saja chat facebook, yang sesekali menemani sharing-time kami. selain facebook, sms secara berkala serta telepon berjam-jam juga dijabanin kalo memang sedang berpulsa hahaha. 

me and wella at Mc Donalds Sidoarjo
Tapi, apa sih yang emang lagi hot diobrolin sampe segitunya? tentu saja santapan topik baru kami yang selalu menghantui dimana pun kami pergi. Meskipun selera kami sama, namun santapan topik kali ini bisa jadi memiliki tingkat keunikan yang berbeda satu sama lain. Membicarakannya semacam tidak ada habisnya, jika ada waktu kosong yang mempertemukan kami. Skripsweet atau Sweethesis, terserah kalian menyebutnya apa adalah santapan tersebut. Mengusung tema Victorian Age dan Queer Theory yang tentu saja tidak saling bertabrakan terkadang membuat kami tertawa ngilu mengingat keduanya yang harus segera diselesaikan semester ini juga.

Sebenarnya bukan bobot topik skripsweetnya sih yang penting dikala kami membahasnya bersama. Adalah hal kecil yang terkadang tanpa sadar berkontribusi besar pada kehidupan kitalah yang justru lebih berharga dan special, seperti sebuah kalimat membangun, memotivasi dan menguatkan yang akhirnya membuat kami saling bertukar kegelisahan berikut kebahagian bersama. 

Terima kasih Wella, atas setiap kehadirannya di tengah-tengah kegilaan akhir masa muda ini. Terima kasih atas segala tumpah ruah yang terlontar dan terdengar. Semoga semester ini, kita akan sama-sama lulus dan mendapatkan tiket menuju wilder world, hahaha

on the craziest moment with wella - Mc Donalds, 9 April 14 
Anyway, happy birthday juga untuk yang kesekian kalinya yaa, always be there as the greatest sharing fella ever! 

best regards,
@fatimahghaniem
Malang, 4 June 2014

p.s.:  wants to know her more? just go to her account here

Thursday, February 13, 2014

Balada Cinta Monyet Anak SMA

Aku adalah siswa SMA yang pemalu dan tidak percaya diri, namaku Melati. Aku pernah mencoba mendaftar menjadi salah seorang pengurus OSIS untuk mengubah sifatku, tapi aku gagal masuk seleksi. Aku pun berusaha giat belajar, sehingga guru bisa menyadari keberadaanku melalui nilai-nilaiku yang cukup tinggi. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil rupanya, aku bahkan tidak masuk 10 besar terbaik dikelas. Menyedihkan sekali masa SMA yang kukira akan menjadi masa-masa indah seperti yang biasa aku tonton di telivisi. 

Memasuki kelas 2, aku bangga bisa masuk IPA. Aku juga merasa sangat bahagia bisa berteman dengan Nayla, teman sebangkuku yang pendiam dan pintar. Bagiku, dia adalah penemuan emasku. Aku pun tak lagi sibuk mengutuk hari-hari selama aku berada di sekolah. Aku dan Nayla sering bertukar cerita tentang banyak hal, dan kami menemukan banyak kecocokkan. Saat aku bercerita ingin masuk OSIS, Nayla mendukungku. Aku pun bersemangat untuk kembali mengikuti seleksi sebagai pengurus OSIS, dan gotcha! Aku berhasil masuk menjadi salah satu staff seni dan olahraga. Selain mengikuti OSIS, aku bersama Nayla mulai tergabung sebagai tim redaksi majalah sekolah. 

Aku dan Nayla menjadi tenar setelah sukses menjuarai lomba membuat mini-newspaper yang diadakan oleh koran lokal pada pertengahan semester ganjil. Semenjak itu, teman-teman mulai menyapa dan mengajak ngobrol kami, seperti baru menyadari bahwa kami ada diantara mereka. 

Bulan maret adalah bulan tersibukku sebagai pengurus OSIS, dimana merupakan bulan peringatan ulang tahun sekolah. Kami mengadakan acara yang meriah sekali, dimulai dari lomba-lomba antar sekolah, festival tari, bazaar dan pentas seni sebagai puncak acara. Berkat acara yang menyita banyak waktuku tersebut, aku menjadi dekat dengan Farhan, anak kelas 2IPS yang merupakan partner kerja OSIS. Kami sering mengobrol membahas banyak hal dari mulai kegiatan OSIS, masa depan, hobby hingga hal tidak penting yang mana berawal dari makan di kantin hingga berlanjut melalui SMS serta chat facebook. Aku sangat terkejut mendengar respon Nayla ketika akhirnya aku menceritakan tentang Farhan, "kau suka ya dengan Farhan?"

Berhari-hari aku terngiang-ngiang ucapan Nayla diantara obrolan-obrolanku dengan Farhan. Aku meragukan perasaanku sendiri, tetapi kenapa aku merasa gelisah sehari saja tak bertemu dengannya? kenapa perutku terasa jungkir-balik setiap kali bertemu dengannya? Apa benar yang dikatakan Nayla bahwa aku menyukai Farhan? Aku takut merusak pertemananku dengan Farhan dengan adanya perasaan ini, jika itu benar. Aku terlanjur merasa nyaman untuk bersahabat dan dekat dengannya. Aku harus bagaimana?

Kedekatanku dengan Farhan akhirnya diketahui teman-teman sekelas kami. Mereka mulai melakukan misi meledek berkelanjutan yang membuatku kesal dan muak, tetapi Farhan menanggapinya dengan santai. Akhirnya, aku pun ikutan tidak peduli. 

Menjelang kenaikan kelas 3, aku berjanji bertemu Farhan di kantin untuk membahas program kerja terdekat kami di OSIS. Saat itu guru matematika di kelas menyita hampir 10 menit dari waktu istirahat kami. Aku sudah mengomel tidak karuan kepada Nayla, dan buru-buru berlari ke kantin seusai beliau meninggalkan kelas. Aku menemukan Farhan tengah mengobrol dengan 2 teman kelasnya, Dita dan Ryan. Sehingga, aku memutuskan untuk mengambil jalan memutar menuju konter makan terlebih dahulu, dimana letaknya cukup dekat dengan meja mereka. Sambil menunggu pesenan siap, aku tak sengaja mencuri dengar pembicaraan Farhan. 

"Ah, memang dasarnya cewek itu mudah sekali GR! Denger ya dit, cowo itu bukan ga mau pacaran, tapi lebih enak juga ga pacaran. Biar kita bisa deketin cewe sesuka kita tanpa ada yang marah ga jelas." 

Dita mendengus, "maksud lo apa dengan mendekati semua cewe sesuka lo?"

Ryan yang menyahut, "jadi maksud Farhan, ya biar kita bebas tepe-tepe sambil milih-milih. Kalo misalnya cewenya ke-GR-an, itu salah mereka sendiri!"

"Ih, parah banget lo berdua! Berasa laku banget yaa? gue sumpahin ga bakal deket jodoh kalian!" amuk Dita sambil menggetok sendok ke kepala dua temannya itu. 

Aku tertawa sendiri didalam hati, kenapa perkataan Farhan barusan bikin mataku panas ya? Akhirnya kubatalkan pesanan di konter dan membeli roti isi, kemudian kembali ke kelas tanpa sepengetahuan Farhan dan teman-temannya. Aku mengirim pesan SMS untuk menunda meeting kami karena mendadak ada tugas di kelas. Aku termenung didalam kelas, bertanya-tanya kenapa ucapan Farhan bisa membuatku merasa hampa dan kepikiran terus-menerus. Apa mungkin aku adalah salah satu korban tepe-tepenya yang ke-GR-an? 

Aku berusaha menepis semua spekulasi mengenai Farhan setiap bertemu dengannya, tetapi aku menyadari tingkah lakuku terhadapnya tidak senormal dulu. Tersenyum lepas dengannya, bertatap muka dengannya, mengobrol dengannya tak lagi semudah dulu. Kadang aku akan merasa bodoh setiap kali mengingat ucapannya itu, apakah aku terlalu ke-GR-an? 

Aku tak menceritakan hal ini pada Nayla, karena aku malu. Aku malu merasa sakit dan bodoh akan suatu hal yang abstrak seperti ini. Ah, rupanya pelatihan di OSIS belum cukup untuk menghapuskan sifat pemaluku ini. 

Aku pun membuat keputusanku sendiri untuk kembali fokus terhadap kehidupanku, belajar dan menjalani kegiatan-kegiatanku sambil mencoba terus bersikap biasa kepada Farhan hingga entah kapan perasaan yang menyiksa itu hilang, hanya rasa itu saja. Karena bagaimanapun juga, memiliki Nayla dan Farhan adalah masa terindah sepanjang masa SMAku, jadi aku tak ingin benar-benar melupakan mereka. Paling tidak aku belajar satu hal, bahwa aku belum siap untuk merasakan sakit dan sedihnya reaksi oxytocin bernama cinta itu. 

Mungkin, jika nanti aku sudah siap akan hal tersebut, saat itulah aku yakin telah menemukan orang yang benar-benar aku sayangi dimana aku rela dan siap untuk merasakan sakit bersamanya termasuk keyakinan bahwa ia tak akan mudah menyakiti perasaanku..

celebrating love-day
fatimahghaniem
13 February 2014

Wednesday, February 5, 2014

Gorgeous Loaded Wagons at Bangil

"Naik kereta api tut-tut-tut, siapa hendak turut.. ke Bandung, Surabaya. Bolehlah naik dengan percuma, ayo temanku lekas naik.. keretaku tak berhenti lama....."

I bet all Indonesian knows this song very well, if not.. you might either pass your kindergarten or maybe have an unfortunate childhood (let's refer it those who live with their gadget instead of playing traditional games with their fellas!). Well, in short way.. let me send you here for recalling your memory about that song!

This lovely song indeed reflect to one of favorite public transportation in Indonesia, train. As the impact of the necessity, I, my self, as a part of the society believe that train is the best solution to transport me from one city to another. Well, I never count how much I go with the train, but I am pretty sure I have traveled to some cities in Java with this transportation. I have gone to Banyuwangi, Surabaya, Jakarta, Jogja, Sidoarjo and not to mention Malang as the city where I am currently studying for my undergraduate education to be traveled to, from my lovely hometown, Bangil. It is no doubt for PT. KAI as the official company of the train to give those services since they have a long and remarkable railways around Indonesia up to 6.000 kilometers. Awesome, isn't it? 

Hey, why do I bother to talk about it so sudden? Today, I have planned to go back to Bangil from Malang at 12 p.m. So what? I know it is common, but today it is a bit different. It was 10 o'clock when I received a text from my cousin that her train was delayed for about 3 hours because of the flood at Porong stasion. Well, I felt like suddenly getting strike in my head (headache attacked) thinking I would probably reach my hometown longer than I have ever did. 

a floody railways at Porong. source : @infosda
Arriving Kotabaru Station, I could see a lot of people, well passengers are hopeless sitting in the floor with a tired face, waiting the train's coming. Without bothering them, I came to the front desk to check my ticket while a passenger struck me informing about the delayed train which made a crowded station on this desolate Tuesday. It seems so crazy when I checked my watch at 11.40 a.m. while hearing a security answer the question from passengers of the delayed express train (a local business train from Surabaya to Malang and vice versa) which is scheduled to arrive at Kotabaru station at 09.50 a.m., still has no updated information when it would arrive. OMG, this  is incredibly freaking me out if I were them; you have to wait something, you have not known when it comes. So, how about the economic one I would ride to?

KA Express struck the flood at Porong.
source @malangkereta
Yet, A happy news was coming 10 minutes later when the security allowed all passengers of Penataran which is scheduled at 12 p.m. (my train!) to go inside the station. It even came sharply at 12, and went so fast without no problem. I thought the tragedy of flood was ended, and I felt so grateful wishing for a normal scheduled of arriving at my hometown. I even checked my watch continuously to see whether it was precise or late during the journey. When the train was slowly decrease the speed after passing Sukorejo station, I did wonder why it was so and.. surprisingly true, it is stopped at Wonokerto station. I really did not understand why it should be there to wait other train for passing trough as a matter of long period stopping at the station, since it was so rare considering Bangil station is one step more as the right place for doing so. Some passengers were going out to get some fresh air or even leave the train to ride angkot because they have known already it would not work to just wait the train reaching their destination as fast as they expected. I am not a bigot of the trains but indeed I am fond of them, so I would not become the followers of those hurried passengers. Well, I appreciated myself to be turned as very patient passenger during 1,5 hours after waiting the train stop working at Wonokerto station when it finally went straight to my hometown at 3 p.m. 

live-twitpic information
source: @infosda
Arriving Bangil station, I jumped out from the train, well.. yes of course after it was stopped perfectly in the third railways, I thought. As far as my eyes could reach when dropping myself from the train, I cannot see a way out from the station but a bunch of wagons fill the railways. I have no choices to pass the trains one by one, go in-and-out from one to another for reaching the first railways to meet the exit way. Thus, I passed one economic penataran, one executive train.. I thought it had been the last one to jump in-and-out, but I found out one local business express train had ceased in the first railways at Bangil station!! Naturally, the business express train would never been stopped at Bangil station, therefore I have just shocked and been speechless! At the same times, I realized I have just dropped out from the train in the fourth railways, the fourth one! Amazing to see bunch of wagons are stopping there! wow.. this is the first time I see almost all of the railways of Bangil station was used and filled with the trains. 

live-twitpic information from @malangkereta

source : @malangkereta

Behind those amazing unexpected event, I wish for a betterment to fix it up the railways at Porong station will be soon done, and there is no more messy scheduled train like this. I pretty much know people love train so much regarding the prize which is affordable and enough to be paid for the beautiful journey together with the train! Thank you, PT. KAI..

not a bigot of train, but a fond :*
@fatimahghaniem
5 february 2014

Tuesday, February 4, 2014

Another Beautiful Beach of Southermost Malang, Ngliyep

Kembali berwisata melalui alam ingatan, saya terjebak di tengah-tengah tahun 2013 tepatnya bulan juni 2013 sebelum saya melaukan internship di Kusuma Agrowisata. Saat itu, organisasi yang menaungi saya, FORMASI tengah mengadakan liburan bersama bertitle FORMASI ON VACATION. Liburan ini ditujukan kepada para pengurus yang sudah kelelahan mengerjakan proker-proker serta bosan dengan kegiatan perkuliahan. Selain itu, liburan ini juga ditujukan bagi anggota lainnya yang tidak bisa berlibur ke kampung halaman. Maka dengan beberapa alasan tertentu, terpilihlah destination kami di Pantai Ngliyep.

Pantai Ngliyep
Berangkat pukul 10 pagi menggunakan angkot, membuat kami keasikan mengobrol banyak hal selama 2,5 jam perjalanan menuju Pantai Ngliyep. Mulai dari membahas kompetisi-kompetisi bahasa inggris yang kami ikuti (secara, FORMASI adalah Forum Mahasiswa Studi Bahasa Inggris) hingga membahas kartun jaman kecil pun kita bahas. Hingga tak terasa, sampailah kami di Pantai Ngliyep sekitar pukul 12.30.

have fun at Ngliyep
Sesampai disana, kami asyik bermain di pinggir pantai yang sangat sepi sekali. Kala itu, ada sepasang muda-mudi yang tengah berpacaran di pinggir pantai saat kami datang. Namun, tidak lama kemudian pergi meninggalkan pantai ngliyep setelah kedatangan kami yang memang ramai sekali. Pantai itupun seolah menjadi pantai pribadi yang disewakan khusus untuk kami. Kami bermain cukup lama di pantai yang terlihat jelas ombak laut lepas tersebut, hingga akhirnya kami kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak sekitar pukul 2 siang. 

main air di pinggir pantai ngliyep
Saat itu, datanglah seorang petugas memperingatkan kami untuk berhati-hati bermain di pinggir pantai ngliyep tersebut dan menyarankan untuk pindah di pantai sebelah kiri yang berupa telaga dimana dibatasi oleh tebing tinggi sehingga deburan ombak tidak sebesar di pantai yang kami singgahi sedari tiba tersebut. Well, mungkin mirip dengan segara anakan milik pulau sempu ya, tetapi bedanya pantai Ngliyep tidak dikelilingi tebing tinggi seperti di pulau sempu. Kita juga tidak perlu berjalan kaki selama berjam-jam untuk sampai di pantainya dan menikmati keindahannya. Di pantai itu, ombak tidak terlalu besar sehingga banyak sekali anak-anak kecil yang juga bermain di pantai tersebut bersama keluarganya, tepatnya di pantai kecil sebelah kiri. 

laut lepas diantara tebing pantai Ngliyep


pantai ngliyep yang aman
Permainan kami di pantai Ngliyep akhirnya berakhir saat waktu menunjukkan pukul 3 sore hari. Kami segera bersiap kembali ke kota sibuk Malang setelah refreshing seharian di pantai indah tersebut. We did a lot of fun there, playing football, volley and sort of stuff. Hands down for Sparkling PR and Maximum HRD BOC 2013 deh
It's me!

with ope and adit, my 24th best friends
FORMASI on Vacation - Pantai Ngliyep

yang rindu pantai,
@fatimahghaniem
4 february 2014

Saturday, January 25, 2014

Sempu, The Beautiful Hidden Island!

Masih dalam suasana liburan yang sedikit boring karena tidak melakukan apapun, membuat saya teringat kembali akan liburan semester genap lalu saat berkunjung ke pulau sempu, pada bulan september 2013.

dari sendang biru menuju pulau sempu
Pulau Sempu merupakan sebuah pulau terpencil yang terletak di selatan kota Malang, dimana harus melalui beberapa tahapan untuk akhirnya bisa sampai di pulau tersebut. Pertama, pulau sempu harus dilalui dengan menggunakan kapal/perahu dari pantai sendang biru, kemudian masih harus melalui jalur tracking pejalan kaki sekitar 2-3 KM selama kurang lebih 1,5 jam untuk akhirnya sampai di pulau tersembunyi yang keindahannya sangat mempesona.

segara anakan, the first scenery you will see after arriving
laut lepas dari tebing tinggi di dekat area camping

Didalam pulau sempu sendiri terdapat telaga yang disebut segara anakan, dimana merupakan pantai berombak lembut yang aman untuk berenang. Hal ini dikarenakan air laut lepas yang masuk kedalam telaga tersebut terhantam lubang besar tebing karang dahulu sebelum akhirnya masuk dan mengisi telaga tersebut. 

deburan ombak di tebing, mengisi air di segara anakan
Kala itu, saat tiba di Pulau Sempu merupakan musim kemarau sehingga jalur perjalanan menuju pulau tersebut terasa lebih mudah dilalui, tanpa rintangan yang cukup berarti. Selain itu, segara anakan yang mengumpulkan air dari laut lepas juga dalam kondisi surut sehingga kami bebas menikmati keindahan karang yang muncul dan terlihat di segara anakan, seperti ini..

berfoto di batu karang segara anakan
segara anakan saat surut
pulau sempu dari sisi segara anakan
Kami sampai di pulau sempu tepat pada pukul 13.30 siang, setelah melalui perjalanan panjang sedari pukul 6 .00 pagi. 3 jam kami lalui menggunakan motor dari kota Malang, 30 menit di sendang biru termasuk mengendarai perahu yang kami sewa dan sekitar 1,5 jam perjalanan kaki membuat perut kami meronta-ronta untuk makan. kami pun segera memasang tenda dan menyalakan kompor untuk segera memasak mie. Sambil menanti mie masak, kami tidak kekurangan energi untuk berkeliling mencari spot berfoto ria di sekitar pulau tersebut.

spending times at Sempu Island
teman sejawat di pulau sempu






segara anakan masih dalam kondisi surut
cantiknya telaga segara anakan



menaiki tebing pulau sempu diatas area camping

tebing pulau sempu
Saat memasuki malam hari, semakin banyak pengunjung berdatangan membangun tenda untuk camping di pulau tersebut. Saya ingat, kala itu segerombolan anak muda membangun tenda pada sore hari di sebelah kami dan sambil basa-basi bertanya berapa hari menginap di sempu. Kami menjawab, hanya semalam saja. Mereka dengan bangga mengatakan akan menginap selama 3 hari, dengan membawa 1 galon air dan sekarung jagung sebagai perbekalan. Saat malam hari, monyet-monyet yang berkeliaran dari siang, rupanya sudah menghilang ditelan gelap malam. Kami pun asyik menghabiskan waktu dengan bermain uno sebelum akhirnya terlelap dan terbangun pada pukul 3 dini hari.

Saat kami terbangun, air laut telah memasuki masa pasang sehingga kami hampir ketakutan saat air segara anakan hampir mendekat di area camp pada tengah malam. Namun, tentu saja saat itu kondisi pasang masih aman. Hingga akhirnya memasuki pukul 6 pagi hari, air laut telah memenuhi segara anakan yang tadinya surut tanpa air yang membuat kami tidak bisa berenang tepat saat kami tiba. Seusai puas mandi di segara anakan, kami pun memutuskan untuk segera berkemas pada pukul 10 pagi. Tak disangka, para pengunjung yang baru tiba sore hari kemaren tersebut dan mengaku akan menginap 3 hari, ikut mengemasi barang-barangnya dan meminta kami untuk menemani mereka melalui jalan tracking  untuk kembali ke tempat penjemputan perahu. Ternyata mereka membatalkan menginap 3 hari, akibat persediaan air yang telah habis. Hmm.. ada-ada aja! 

Overall, camp kami di pulau sempu, pulau cantik yang tersembunyi tersebut berakhir dengan sangat menyenangkan walaupun harus bertahan tanpa sinyal handphone selama 2 hari. Bersama Yani, Nurin, Ahmad, Mas Fauzul, Ambar dan Azki yang sepanjang malam asyik mendengarkan lagu fenomenal yang kini sudah di remix menjadi lagi dangdut, kami meninggalkan camp bara-bere dengan hati yang terpuaskan! Sampai jumpa lagi, sempu!

camp bara-bere

yang masih pingin melancong selama liburan akhir masa kuliah
@fatimahghaniem
25 Januari 2014

Thursday, January 16, 2014

Hello 2014! - Trip to Banyuwangi [Chapter 3-END]

HAPPY NEW YEAR 2014!

fireworks at Ijen
New Year 
with @aufaazki
Berpuluh-puluh kembang api tengah dinyalakan ditengah gelap gulitanya langit parkir Ijen demi menyambut tahun baru 2014, kami pun berteriak bersama Happy New Year! sambil mengabadikan moment-moment tersebut dalam kamera kami.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, saat kami segera memutuskan untuk mendaki kawah ijen malam itu. Kami memulai perjalanan tepat pukul 1.30 dini hari dimana cuaca saat itu tidaklah terlalu dingin, bahkan kami berkeringat ketika baru menaiki sejauh 1 km pertama yang cukup menanjak. Perjalanan kami sangatlah seru sekali, bertegur sapa beberapa kali dengan para pendaki lainnya serta melakukan beberapa kali istirahat di spot-spot tertentu. Hingga sampailah kami di tempat peristirahatan dekat kawah ijen pada pukul 3.30 dini hari dimana bau belerang sangat dahsyatnya menusuk hidung para pendaki. Kami bahkan memerlukan beberapa kali oksigen untuk menstabilkan pernapasan kami yang terganggu oleh bau belerang yang cukup tajam. Sambil menunggu matahari terbit, kami duduk mengobrol sambil memasak air untuk pop mie yang telah kami siapkan. Seusai makan pop mie, saya, ayu dan azki berjalan-jalan menyusuri kawasan terjal menuju tambang belerang yang dekat dengan kawah berwarna hijau toska yang sangat indah. Namun sayangnya, akibat jalan yang cukup curam dan terjal, kami memutuskan untuk tidak turun terlalu jauh dan saya pun memilih untuk menikmati pemandangan tersebut diatas. Coba lihat pemandangan dari jauh begitu saja sudah indah, apalagi saat didekati ya? :)

hijau toska kawah ijen, Banyuwangi
bersama sahabat travelers

Memasuki pukul 05.30 pagi, kami memutuskan untuk segera turun dan meninggalkan area kawah ijen. Perjalanan menuruni kawah ijen memang tidak terlalu melelahkan kaki seperti halnya saat menaikinya, namun sangat diperlukan rem kaki yang maksimal dan super extreme akibat kemiringannya yang luar biasa hingga mencapai 25-35 derajat. Saat turun, kami tidak hanya sibuk melakukan rem kaki tetapi juga menyempatkan dirimenikmati pemandangan sekitar yang menakjubkan, dan sesekali mengambil foto. Seperti yang dibawah ini..

jalur terjal menuju parkir mobil ijen

jalur kelokan S didekat kawah ijen
Kami pergi meninggalkan kawasan wisata ijen pada pukul 7.30 pagi, dan segera meluncur menuju arah pelabuhan Ketapang, the last destination, Taman Nasional Baluran. Tepat pukul 9.30 kami masuk area taman nasional yang memerlukan lebih dari 4 km untuk akhirnya kami singgah di padang savana dan berburu foto-foto disana. Hari itu, tepatnya 1 Januari 2014 kawasan baluran memang padat sekali pengunjung, bahkan wisata pantai yang kami idam-idamkan terpaksa tak kami jamahi lama-lama karena padatnya wisatawan yang memenuhi area wisata Pantai Bama.

padang savana, baluran

a crowded beach, Pantai Bama
Well, karena sedikit kecewa dengan penutup liburan kali ini, kami pun melampiaskan diri dengan berfoto-foto ria di dalam mobil. Berikut beberapa foto ala selfie yang lagi ngetrend akhir-akhir ini, baik dari hari pertama hingga detik akhir kami kelelahan didalam mobil, tetap kegilaan merajai...

Pantai Pulau Merah
Alas Purwo

Kawah Ijen
Taman Nasional Baluran
Mobil

well, usai sudah liburan kami kali ini, and it was awesome trip bersama sahabat travelers, Yeni, Ahmad, Suluh, Azki, Chory, Ayu, Amin, Alfian dan Rinta. Kita memang tidak pernah menyangka dengan siapa kita akan menghabiskan waktu setahun ini, apakah akan sama dengan penghujung dan awal tahun? tidak penting untuk dipikirkan, yang pasti sempatkanlah untuk menorehkan memori indah dengan siapapun kita melaluinya! Wish a best moment, hello 2014!


kegilaan di pantai pulau merah

hello 2014!
Sedang menata masa depan indah di tahun 2014
@fatimahghaniem
16 Januari 2014

Wednesday, January 15, 2014

A Last Minute! - Trip to Banyuwangi [Chapter 2]

Jika diingat kembali, 4 hari yang kami habiskan disana terasa sangat singkat. Namun, mempertimbangkan kondisi cuaca yang super hot seperti ingin bersaing dengan kota yang disinggung-singgung sebagai metropolitan kedua setelah Jakarta, yakni Surabaya, menghabiskan sehari saja di Banyuwangi itu terasa menyiksa.

Setelah berpuas diri bermain di pantai seharian, kami tergeletak luntang-lantung di rumah. Tidak ada rencana khusus hari itu selain mencuci baju dan menunggu sore hari untuk segera meluncur ke rumah teman kami, Alfian. Disana kami juga tak banyak melakukan aktivitas yang berarti, hanya sekedar ngobrol dan bercanda. Tadinya kami berencana untuk membuat rujak party, tetapi setelah berkelana sesaat di kebun milik keluarga Alfian tidak ditemukan buah mangga yang berbuah lebat. Akhirnya beberapa dari kami memutuskan untuk pergi ke Alas Purwo yang notabene dekat dengan rumah Alfian.

Alas purwo kabarnya adalah suaka marga satwa, terutama jenis banteng yang memiliki 3 pantai indah didalamnya, termasuk ketika memasuki senja dan menikmati bias sunset disana. Salah satu yang terkenal adalah G-Land atau plekung. Sore hari tersebut, kami hanya mengunjungi alas purwo di pintu masuknya saja, disebabkan karena waktu yang tidak memungkinkan untuk terus memasuki area wisata Alas Purwo. Saat itu yang ikut pergi, hanyalah para perempuan-perempuan yang ingin sekedar berfoto-foto disana. Sedangkan para lelaki memilih tinggal sambil asyik bermain PS di rumah Alfian.
Dekat Pintu Masuk Alas Purwo
yang lagi main PS
Selain keberadaan PS, ada satu makhluk unyu di rumah Alfian, yang mengalihkan duniaku dibanding yang lainnya, yakni Bruno. Bruno bukan penyanyi keren pelantun locked out of heaven itu ya, tapi Bruno yang ini lebih unyu dan imut.. and tarraa, say hello to Bruno!

Bruno, kucing kesayangan Alfian
Menurut si empunya, Bruno ini adalah kucing kesayangan yang paling peka sama hal-hal berbau gaib. Ia akan serta merta menoleh ketika merasakan kehadiran makhluk beda dunia tersebut, makanya kucing ini selalu diajak kemana-mana, terutama ke Malang tempat Alfian mengejar ilmu untuk menemani dan melindunginya.


***
Pada hari berikutnya, kami sibuk mengepak barang-barang untuk ke kawah ijen. Hari itu, sudah kami canangkan untuk mendakinya di malam hari demi melihat blue fire yang menurut informasi banyak orang, hanya ada 2 di dunia ini, yakni Islandia dan Banyuwangi. Ada banyak hal yang diperlukan untuk dibawa, seperti cokelat, madu rasa, air, oksigen dan beberapa lainnya. 

Saat itu jam menunjukkan pukul 5 sore, ketika travel telah menjemput kami untuk segera meluncur menuju TKP. Malam itu perjalanan cukup panjang dan ramai, hingga kami menginjakkan kaki di parkiran Ijen sekitar pukul 8 malam. Perjalanan menuju parkir Ijen pun cukup mengesankan karena kami sempat terpaksa harus turun dari mobil dan mendaki jalanan yang cukup curam kemiringannya, karena ketidakmampuan mobil untuk menjajah jalanan tersebut.

Karena cukup melelahkan dan kedinginan, kami segera mencari warung terdekat untuk sekedar membeli kopi dan teh hangat, serta makan mie dan soto. Saat itu, cuaca cukup memburuk karena hujan turun membasahi kawasan parkiran Ijen. Menurut informasi dari pengelola kawah ijen, para pendaki dilarang untuk naik akibat cuaca yang memburuk hingga jam-jam tertentu. Dikatakan apabila hujan telah reda pada pukul 12, pendaki diperbolehkan untuk naik.

Kami akhirnya memutuskan untuk meninggalkan blue fire jika hujan tidak reda hingga pukul 11, dan pergi ke atas hanya untuk menikmati sunrise. Sambil menunggu hujan reda, kami berkumpul di dalam mobil, saling bercerita dan berkisah mengenai hidup. Kisah bahagia, sedih dan bermakna. Ditengah-tengah perbincangan, sebuah suara letusan mengejutkan ke-hiruk-pikuk-an area parkir Ijen, hingga kami terpaksa beranjak turun dari mobil kami. Turun dari mobil, kami semua ternganga lebar memandangi lingkungan sekitar area parkir tersebut! Hm.. ada apa ya?


kunjungi blog ini, untuk trilogi akhir Trip to Banyuwangi ya!
@fatimahghaniem
15 January 2014