Friday, August 9, 2013

Eid Mubarak 1434 H Beloved Auntie!


Hey world! Eid Mubarak 1434 H, Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Kalo kata iklan pertamina, kita mulai dari nol lagi ya! :)

Yang namanya lebaran itu selain bermakna kembali ke fitri, juga menjadi ajang kumpul-kumpul keluarga. Tentu saja, setiap keluarga pasti memiliki tradisinya masing-masing! Seperti halnya keluarga saya, tradisi kulinernya adalah lontong riyoyo atau ketupat lebaran yang menjadi favorit setiap sanak saudara yang datang ke rumah nenek saya, who is the oldest generation in my family. Eh, ada yang tau ga ketupat lebaran itu apa? hihi itu adalah lontong kupat yang dimakan bersama 5 bumbu, seperti: sambel goreng ati, sambel petis telor, bubuk putih, koya serta kare daging masak kentang! Hmm.. it sounds yummy, right? 

Another tradition saat lebaran di rumah nenek saya adalah tradisi saling memaafkan sambil mengatakan "minal aidzin" dan membalasnya dengan "wal faidzin" sambil cipika-cipiki ala arabians dengan hidungnya, ehem sesama muhrim tentunya. And... to be honest, sepanjang hidup saya sampe sebesar ini, saya tidak suka lebaran karena selalu dan pasti menghadapi yang namanya "sesi tangisan" ketika ber-minal-aidzin-wal-faidzin sambil berpelukan. Karena sudah pasti bikin awkward moment dimana what I can do is only stand and see the surrounding like an idiot!

Anyway, ini adalah lebaran paling beda yang pernah saya jalani! I have been through so many Ied Mubarak in my life, but it's my first time celebrating it without my beloved auntie! Masih teringat jelas, tahun lalu Ama ineng  panggilan akrab tante saya, yang sedang mengupas bawang bersama saya menyiapkan lontong riyoyo mengatakan, "ini tahun terakhir ama bikin lontong riyoyo, kamu kudu belajar dan harus bisa. Ama wes capek!" Hmm.. ternyata bener, saat itu tahun terakhir Ama, dan alafu ma, masih belum bisa bikin lontong riyoyo sendiri tahun ini :(

Ketidak-hadiran Ama memang luar biasa sekali dampaknya, I can feel it. Bahkan nenek saya pun tidak bersemangat menjalani lebaran untuk bagi-bagi uang terhadap anak-anak kecil di kampung kami yang datang ke rumah. Uma  panggilan akrab nenek saya, memilih untuk berdiam diri di kamar karena merasa tidak enak badan. Walhasil, seluruh keluarga heboh dengan tangisannya lagi, mengira terjadi sesuatu dengan Uma. Hiks, it almost ruined everything, but.. thanks Allah, nothing's wrong with Granny! Menurut tante saya yang paling bungsu, bisa jadi Uma memang merindukan keberadaan Ama di rumah, terlebih saat lebaran seperti ini.

Dan dampak lainnya adalah, saya capek sekali! Menjadi cucu perempuan kedua nenek saya adalah hal yang menakjubkan. Terlebih tanpa tante saya yang meninggal tersebut, saya jadi ikut kalang-kabut, serabut sana-sini menyiapkan segalanya seperti tahun-tahun sebelumnya. Bukan berarti saya tidak pernah membantu, tetapi rasanyaaa sungguh beda. Rasanya pekerjaan itu semakin double-double tanpa kehadiran Ama.  Apalagi ditambah status sebagai rumah orang paling tua di keluarga, rumah nenek saya memang tidak pernah sepi tamu dari pagi hingga malam hari. Jadi menyiapkan lontong riyoyo dan jajanan toples saja, tentu kurang sekali. Masih perlu menyiapkan jajanan basah lain seperti asida, tahu isi, oles-oles bahkan brownies, dan masih bersih-bersih rumah pula. Oh man! That's pretty tiring! dan jujur, hiks, kangen Ama sekali. 

Ama, Eid Mubarak 1434 H!

yang merindukan Ama,
09 Agustus 2013

No comments:

Post a Comment