Tuesday, January 22, 2013

Hari ke-22 : Selamat Ulang Tahun

Aku menemukan sebuah diary lusuh yang sudah sekian tahun tak tersentuh. Aku mulai membukanya, mencoba menyelami kenangan yang tertulis disana kala masa itu. Aku mulai tersenyum-senyum sendiri, menertawakan kebodohan demi kebodohan yang pernah ku tulis disana. Namun, tiba-tiba aku tersentak membaca halaman ketiga dari buku diary itu. Disana secara mengejutkan tercetak namamu beserta ukiran pertemuan terakhir kita, 6 tahun silam.

Dalam diary setebal itu, hanya ada 5 baris yang menceritakanmu. Tetapi, dengan itu saja mampu mengantarku pada memori yang selama ini paling kuhindari untuk kujamah. Karena aku tahu, memori ini akan menjalar cepat layaknya bisa ular yang menyebar dalam tubuh melalui darah, menyerang diriku habis-habisan hingga lumpuh karenanya.

Secepat itulah memori-memori pertengkaran kecil kita dulu memutar dalam bioskop otakku. Pertengkaran-pertengkaran tak berujung, saling tuduh yang selalu berakhir dengan kemarahanku, bahkan saling tidak sapa. Sangat kekanak-kanakan sekali kita dulunya, tak pernah mau mengalah siapa yang harus minta maaf terlebih dulu. Kalau bukan karena wali kelas kita yang sudah kepalang lelah mendamaikan kita, tak akan ada kata maaf meluncur dari mulut kita berdua.

Aku jadi tertawa, mengingat pertemuan terakhir kita. Sungguh keajaiban sekali kamu melontarkan kata maaf itu terlebih dulu, atau mungkinkah karena kamu tahu kita tak akan pernah bertemu lagi seperti sekarang ini?

Besok tanggal 22 januari ya? Suara hatiku ini sukses membuatku kembali terlempar ke dalam lubang kenangan masa lalu. Ketika seseorang tengah mencari data tentangmu dan kamu tak mau memberinya. Dengan gigih, ia menemukan data dirimu di tumpukan buku-buku di lemari kelas kita dulu. Namun, sepertinya ia membutuhkan kepastian dan kembali memilih untuk bertanya padamu, “Kamu lahir tanggal 22 Januari kan? seperti yang tertulis di buku ini,” katanya sambil menyodorkan sebuah buku tulis bersampul cokelat.

“Anggap saja begitu, itu tidak penting,” jawabmu sambil lalu, dan kembali bergurau dengan sahabatmu.

“Kamu ini, itu kan untuk keperluan pendataan. Tentu penting! Cepat katakan yang sebenarnya!”

Sungguh aku jengkel sekali melihat tingkahnya yang sok dan tak peduli saat itu, maka serta merta kukatakan, “Ya sudah li, kalau dia ga mau. Ga penting juga data dia buat Pak Imron.”

Aku tahu dia pasti balas mencerca dan aku sudah siap melawan seperti biasanya. Tetapi aku salah, kali ini ia tidak biasanya. Ia hanya diam dan melengos pergi meninggalkan kelas. Amalia, temanku yang tadi menanyakan untuk pendataan malah dengan polosnya berlari mengejarnya demi mendapatkan kebenaran data tersebut.

Hari itu ya, Aku tertawa mengingatnya, tentu saja ia tak akan berani mencari masalah lagi setelah ancaman dari Pak Imron, wali kelas kami untuk membantuku menciptakan kedamaian kelas dan bukannya bertengkar denganku sebagai partner pimpinan kelas. Ya, aku ketua kelas dan dia adalah wakilnya.

Aku menghela napas panjang, takut sesak nafas karena memori-memori itu kembali berkeliaran. Menimbulkan beribu tanya yang tak pernah ada jawabnya, kapan kita akan bertemu lagi?

Kututup kembali diaryku dan meletakkannya ditempat yang seharusnya tersembunyi dan susah kutemukan nantinya. Berharap dengan begitu, kenangan yang tersingkap itu kembali tidur tenang.

30 menit telah berlalu dan aku belum bisa terlelap. Penujuk waktu sudah menunjuk angka 12, aku tersenyum. Baiklah aku menyerah, sehari ini saja ku biarkan kamu meraja lela di istana memoriku. Silahkan menari dan menyanyi sepuasmu, anggap saja ini kado untukmu. Terlepas dari benar tidaknya leluconmu, aku mengirim sebuah doa untukmu yang entah dimana sekarang. Sudah saatnya tidur, aku pun segera memejamkan mataku. Namun sebelum itu, bibirku mengatankannya dengan lirih, “Selamat Ulang Tahun, Theo!”


(fatimahghaniem - 22 Januari 2013)

4 comments:

  1. aiiih cinta bertepuk sebelah tangan. apa berdasarkan pengalaman pribadi? wkwkwk ^^v

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahahaha zahra bisaa banget, there should be something real inside the fiction. glad if you feel so then, berarti aku sukses menerapkan teori literature hahaha :p
      thanks for visiting :*

      Delete